Gelar Dagangan Saat Curhat, Cobek Tajudin Diborong Anggota DPR
Jakarta - Tajudin,
pedagang cobek yang dibebaskan setelah sempat dipenjara 9 bulan, menggelar
dagangannya di Gedung DPR sebagai aksi protes. Rupanya, dagangan Tajudin itu
langsung diserbu anggota DPR.
Tajudin datang ke Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta Pusat,
Kamis (26/1/2017) dengan membawa satu pikul cobek. Usai bermediasi dengan
anggota Komisi III Akbar Faizal, dagangan itu dibeli oleh para staff Fraksi
NasDem.
"Dari sepuluh sisa tiga, laku tujuh," kata Tajudin
sumringah.
Tajudin mantap ingin mengadu ke DPR soal kasasi jaksa terkait
pembebasannya. Sebagai simbol rakyat kecil dia membawa serta cobek yang menjadi
mata pencahariannya.
Kisah perjuangan Tajudin mencari keadilan menarik perhatian, berbondong-bondong para staff yang mayoritas ibu-ibu itu mengajak temannya membeli cobek warga Padalarang itu. Saat ditanya harga satu cobek dagangannya bapak tiga anak itu tidak mematok harga, dia pasrah berapa pun pembeli membayar cobeknya.
"Dapat Rp 350 ribu, biasanya enggak sampai segitu," ujar dia.
Kisah perjuangan Tajudin mencari keadilan menarik perhatian, berbondong-bondong para staff yang mayoritas ibu-ibu itu mengajak temannya membeli cobek warga Padalarang itu. Saat ditanya harga satu cobek dagangannya bapak tiga anak itu tidak mematok harga, dia pasrah berapa pun pembeli membayar cobeknya.
"Dapat Rp 350 ribu, biasanya enggak sampai segitu," ujar dia.
Tajudin mengatakan dia berjualan cobek sejak 2005. Seluruh
warga kampungnya adalah pembuat cobek dan dia yang bertugas menjajakan produk
kampungnya.
"Mamang jualan cobek dari 2005 sampai 2016. Dagangan dari warga kampung di Padalarang. Mamang yang jualan, ada yang ke Tasik, ke Bandung, kalau mamang yang Ke Tangerang," kata dia.
"Mamang jualan cobek dari 2005 sampai 2016. Dagangan dari warga kampung di Padalarang. Mamang yang jualan, ada yang ke Tasik, ke Bandung, kalau mamang yang Ke Tangerang," kata dia.
Tajudin mengisahkan selama berjualan selain harus jauh dari
keluarga, dagangannya itu tak selalu laku. Kadang dia harus menahan rindu untuk
berkumpul bersama keluarganya saat cobeknya masih belum laku.
"Sehari paling dapat Rp 5 ribu. Kalau jualan mamang ke
Tangerang Selatan, kadang 10-15 hari baru pulang, itu belum tentu dagangannya
habis. Tapi kalau sudah pengen pulang ya pulang," tuturnya.
Kini Tajudin mengaku belum kuat untuk jualan lagi. Dia masih
trauma dengan penahanannya selama 9 bulan itu.
"Mamang belum siap jualan lagi, kan belum tahu apa kita
masih takut trauma. Kalau ketakutan itu kaya orang kebingungan, Kalau jalan
jauh harus didampingi masih kaya gimana sih linglung. Ketemu aparat kaget,
orang-orang enggak kenal kaget. Perasaan mamang apa mamang ini bener
penjahat," ujarnya.
Beruntung saat ini Tajudin mendapat tawaran pekerjaan dari
Bupati Purwakarta Deddy Mulyadi. Sambil bicara terbata dia berharap proses
hukumnya dihentikan.
"Kalau mamang belum terpikirkan jualan lagi,
alhamdulilah dari Bupati Purwakarta Kang Dediddy, suruh kerja di kantor DPD.
Sementara mungkin jadi cleaning service. Sambil menunggu proses ini tolonglah
berhenti janganlah, kan enggak ada yang dirugiin, mamang pengen istirahat
enggak punya apa-apa lagi, cuma punya keluarga, pengen nyekolahin anak
aja," tutur Tajudin. (ams/imk)
0 Response to "Gelar Dagangan Saat Curhat, Cobek Tajudin Diborong Anggota DPR"
Posting Komentar